Sabtu, 08 September 2007

#2 : Seri Mimi Kribo: Kaos Singlet Ajaib


Serial MIMI KRIBO

Kaos Singlet Ajaib

Oleh Benny Rhamdani

Gara-gara sering nonton sinetron Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, Topan sering ngobrol dengan kaos kakinya. Padahal kaos kaki itu baunya minta ampun. Eh, Topan malah ngajak ngobrol dekat-dekat hidungnya.

“Kaos kaki, tolongin aku dong. Besok ulangan matematika susah banget. Bantu aku kasih bocoran soalnya ya,” kata Topan.

Tentu saja kaos kaki itu tidak dapat memenuhi permintaan Topan. Jelas itu kaos kaki bukan kaos kaki ajaib. Tapi kaos kaki bulukan. Boro-boro membocorkan soal ulangan matematika, ngomong saja tidak mungkin. Paling yang bias hanyalah menebarkan bau tidak sedap.

Mimi yang tinggal bertetangga dengan Topan jelas khawatir dengan tingkah lakunya. Sebagai teman sekaligus tetangga yang baik, Mimi tidak mau Topan bertingkah aneh. Alasannya ada dua. Pertama, Mimi bakal malu bertetangga dengan teman yang aneh. Kedua, Mimi takut ketularan. Sebab belum ketularan saja, Mimi sudah dianggap aneh oleh teman-temannya.

“Panto, sadar dong. Jangan ngomong sama kaos kaki itu. Iu bukan kaos kaki ajaib kayak di sinetron,” kata Mimi memberi nasehat.

“Namaku Topan, bukan Panto. Kalau dalam bahasa Sunda kan artinya Panto itu pintu,” protes Topan.

“Lho, apa bedanya kamu sama pintu? Kalian sama-sama nggak pernah mau dengar kata-kataku,” kata Mimi sambil menarik bagian rambut kribonya yang di depan, berharap agar tiba-tiba ia punya poni lurus sepanjang lima senti. Belum ada yang seperti itu, kan?

“Ya, sudah. Aku tambah tidak mau ngomong dengan kamu. Mendingan ngomong sama kaos kaki ajaibku saja,” kata Topan.

“Iya deh, Topan. Ngomong-ngomong kenapa sih kamu suka ngobrol atau mohon sesuatu sama kaos kakimu itu?” Tanya Mimi.

“Ya, siapa tahu kaos kaki ini ajaib dan dapat membantuku,” jawab Topan.

“Hm, setahuku, kita tuh hanya boleh memohon sama Allah saja.”

“Tapi di sinetron kok boleh?” tanya Topan.

“Ya, namanya juga sinetron. Di sinetron juga ada anak lelaki kayak kamu, terus saking nurutin sinetron dia dikutuk ibunya jadi ember. Apa kamu percaya?”

“Percaya. Makanya aku selalu hati-hati memakai ember di rumah. Siapa tahu itu adalah salah satu kakakku yang tidak kukenal yang pernah dikutuk ibuku,” timpal Topan.

Mimi jadi gemas dengan tanggapan Topan. Ya, Topan tidak bisa diubah lagi hanya dengan kata-kata. Harus ada tindakan yang lebih nyata.

Dua hari kemudian Mimi kembali bermain ke halaman belakang rumah Topan. Kali ini Mimi membawa selembar kaos singlet miliknya.

“Hai Topan, sekarang aku pecaya kalau kaos kakimu itu memang benar-benar ajaib,” kata Mimi.

“Maksudmu?” Topan bingung.

“Iya, ternyata bukan hanya kaos kaki. Kaos singlet pun bisa punya keajaiban. Lihat ini! Inilah kaos singlet ajaib!” seru Mimi sambil mengacungkan kaos singlet belel miliknya. Sudah ada beberapa bagian yang bolong.

Topan terpana melihat Mimi memamerkan singlet belel. Muka Topan mirip anak sapi yang melihat ibunya tiba-tiba berubah menjadi panda.

“Apa buktinya kalau singlet butut itu punya keajaiban?” tanya Topan.

“Oh tentu saja ada. Semalam dia membocorkan sebuah rahasia padaku,” ucap Mimi serius.

“Rahasia apa?” tanya Topan.

“Di atas genteng rumahmu ada sesuatu yang berharga,” kata Mimi.

“Oh ya?” Topan buru-buru mengambil tangga bambu. Ditaikinya tangga itu sampai mencapai atap rumah. Tak lama kemudian ia berteriak. “Ya, ternyata betul!”

“Betul kenapa?” tanya Mimi.

“Aku menemukan pasangan dari kaos kakiku yang hilang. Pasangan kaos kaki ajaibku! Aku sudah lama mencari-carinya. Ternyata terbawa angin ke atap.”

“Syukurlah kalau begitu!” Mimi juga bingung. Sebenarnya dia sama sekali mengarang soal seasuatu yang berharga itu. Mimi malah berharap Topan tidak menemukan apa-apa. Sehingga Topan sadar bahwa kejaiaban kaos singlet itu hanya bualan, sama seperti kaos kaki ajaibnya.

Setibanya di tanah, Topan terus melonjak-lonjak girang sambil masuk ke adalam rumah. Tak lama kemudian yang keluar justru Bu Ubay dengan muka kusut.

“Kenapa kelihatan pusing. Bu Ubay?” tanya Mimi.

“Itu si Topan menemukan pasangan kaos kakinya. Padahal ibu sudah sengaja membuangnya ke atas biar tidak ditemukan Topan. Biar tidak dipakai dia lagi,” kata Bu Ubay.

“Hah, kenapa sih memangnya?” Mimi penasaran.

“Kaos kaki itu hadiah sewaktu Topan menang lomba balap karung tahun lalu. Karena cuma satu-satunya kaos kaki itu yang pernah menjadi hadiah lomba baginya, maka terus-terusan dia pakai. Sampai butut masih mau dipakai. Ibu kan malu. Makanya Ibu sengaja buang sebelah,” jelas Bu Ubay.

“Ya, tapi jadinya Topan kan nggak menyangka punya kaos kaki ajaib lagi, menurutku itu lebih menakutkan,” kata Mimi.

“Ah itu hanya akal-akalan dia saja. Biar semua orang ngasih perhatian sama dia,” kilah Bu Ubay sambil garuk-garuk kepala.

Kali ini Mimi jadi ketularan garuk-garuk kepala. Sebelum kepalanya bertambah pusing Mimi kembali ke rumah. Keesokan harinya, pusing di kepalanya bukannya hilang, malah semakain berat. Tiba-tiba saja semua orang bertanya, “Mimi, kamu punya kaos singlet ajaib ya? Katanya bisa menemukan benda-benda berharga kita yang hilang ya?”

Aaaaaargggghhhh….

Mimi benar-benar menyesal ikut campur, sok ingin menyelesaikan masalah temannya!

^-^